Blogger Widgets

widget2

widget

Selasa, 23 September 2014

Tentang metrologi industri






METROLOGI INDUSTRI




                                                         NAMA  :  SATRIAWAN WILDAN
                                                         NIM       :  11508134001
                                                         KELAS :  B1



JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
2012
SEJARAH PENGUKURAN
         Bangsa Mesir Kuno berhasil membangun sebuah PIRAMID menggunakan alat ukur yang sederhana a.l. :
         CUBIT
         SPAN
         PALM
         DIGIT
         THUM BREADTH
ROYAL CUBIT
         Terbuat dari batu granit hitam
         Dipelihara di tempat tertentu
         Fungsi : untuk mengkalibrasi cubit-cubit yang dipakai sbg. alat ukur.
SPAN
         1 Span = 1 jengkal jari tangan manusia
         1 Span = ½ Cubit
         1 Span = 9 inci



PALM
         1 Palm = selebar telapak tangan mns.
         1 Palm = 1/6 Cubit
         1 Palm = 3 inci
DIGIT
         1 Digit = selebar ujung jari tengah
         1 Digit = 1/24 Cubit
         1 Digit = ¾ inci
THUM BREADTH
         Thum Breadth = selebar ibu jari
         1 Thum Breadth = 1 inci
INCI
         1 Inci = 3 buah biji jagung kering dan keras yang diletakkan sejajar

A.Alat Ukur

Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat cukup akurat untuk menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit, komponen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur merupakan alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai dengan kontrol kualitas di akhir produksi.

1.      Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka sorong ini berfungsi sebagai alat ukur operator mesin yang dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, kecermatan 0,05 mm. Gambar 2  berikut  adalah gambar jangka sorong yang dapat mengukur panjang dengan rahangnya, kedalaman dengan ekornya, lebar celah dengan sensor bagian atas. Jangka sorong tersebut memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara pembacaan tertentu. Ada juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur, atau dilengkapi penunjuk ukuran digital. Pengkukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur (lihat Gambar 1.2 ). Beberapa macam jangka sorong dengan skala penunjuk pembacaan dapat dilihat pada Gambar 1.3.


Gambar 1.2. Sensor jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai posisi































Gambar 1.3.Jangka sorong dengan penunjuk pembacaan nonius, jam ukur, dan digital


Membaca hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan digital , hasil pengukuran langsung dapat dibaca pada monitor digitalnya. Jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat adalah sebagai berikut :
·         Baca angka mm pada skala utama ( pada Gambar 1.4. di bawah  : 2 mm)
·         Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis sejajar antara skala utama dengan skala nonius ( pada Gambar 1.4.  di bawah :  0,35)
·         Sehingga ukuran yang dimaksud 2,35 .
Skala utama
Skala nonius
Gambar 1.4. Cara membaca skala jangka  sorong
 




2.      Mikrometer

 

Gambar 1.5. Mikrometer luar, dan mikrometer dalam

Hasil pengukuran dengan mengunakan mikrometer (Gambar 4) biasanya lebih presisi dari pada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi jangkauan ukuran mikrometer lebih kecil, yaitu hanya sekitar 25 mm. Mikrometer memiliki kecermatan sampai dengan 0,001. Jangkauan ukur mikrometer adalah 0- 25 mm , 25 – 50 mm, 50-75 mm, dan seterusnya dengan selang 25 mm.  Cara  membaca skala mikrometer secara singkat adalah sebagai berikut :
·         Baca angka skala pada skala utama/ Barrel scale ( pada Gambar 1.6.  adalah  8,5 )
·         Baca angka skala pada Thimble ( pada gambar 0,19)
·        

Gambar 1.6. Cara membaca skala mikrometer







Gambar   Cara membaca skala mikrometer

Jumlahkan ukuran yang diperoleh (pada Gambar 1.6.   adalah 8,69).
Beberapa contoh penggunaan mikrometer untuk mengukur benda kerja dapat dilhat pada Gambar 1.7.  Mikrometer dapat mengukur tebal , panjang, diameter dalam,  hampir sama dengan jangka sorong. Untuk keperluan khusus mikrometer juga dibuat berbagai macam variasi, akan tetapi kepala mikrometer sebagai alat pengukur dan pembaca tetap selalu digunakan.


Gambar 1.7.  Berbagai macam pengukuran yang bisa dilakukan dengan mikrometer

3.      Jam ukur (Dial Indicator)
Jam ukur (dial indicator) adalah alat ukur pembanding (komparator) . Alat ukur pembanding ini (Gambar 1.8) digunakan oleh operator mesin perkakas untuk melakukan penyetelan mesin perkakas yaitu : pengecekan posisi ragum, posisi benda kerja, posisi senter/sumbu mesin perkakas (Gambar 1.9), dan pengujian kualitas geometris mesin perkakas.  Kecermatan ukur jam ukur yang digunakan di bengkel adalah 0,01 mm.
Gambar 1.9. Pengecekan sumbu mesin bubut dengan bantuan jam ukur
Gambar 1.8. Jam ukur (Dial Indicator)









1) Bore Gage atau Cylinder Gage
Bore gage adalah merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur diameter silinder. Pada bagian
atas terdapat dial gage dan pada bagian bawah terdapat
measuring point yang dapat bergerak bebas. Pada sisi
lainnya terdapat replacement rod yang panjangnya
bervariasi tergantung keperluan. Dalam satu set, terdapat
bermacam-macam ukuran replacement rod dengan panjang
tertentu. Disamping itu juga terdapat replacement washer
yang tebalnya mulai dari 1 – 3 mm. Replacement securing
thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya untukmengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas
pada saat bore gage digunakan.
Pengukuran diameter silinder dengan bore gage
memerlu-kan alat ukur lain yaitu mistar geser dan
mikrometer. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur diameter silinder.
Cara I :
a) Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal
    diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari
    hasil pengukuran tersebut, misal 76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gage.

Gambar 33. Pengukuran panjang
replacement rod
d) Ukur panjang replacement
          rod dengan
         mikrometer luar seper-ti
         pada gambar 29 di
         samping dan usahakan
         jarum dial gage tidak
        bergerak, misal diperoleh
         hasil pengu-kuran =76,20 mm.
Gambar 34. Posisi bore gage
f) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gage,
misal diperoleh 0,13 mm.
g) Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil
pengu-kuran panjang replacement rod dengan besarnya
penyim-pangan jarum bore gage.
Jadi diameter silinder = 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.

Prosedur penggunaan dial indikator
(1) Posisi spindle dial indikator harus tegak lurus dengan
      permukaan yang diukur.
(2) Garis imajinasi dari mata si pengukur ke jarum
penunjuk harus tegak lurus pada permukaan dial
indikator pada saat sedang membac pengukuran
(3) Dial indikator harus dipasang dengan teliti pada
batang penyangganya, artinya dial indikator tidak
boleh goyang.
(4) Putarlah outer ring dan stel pada posisi nol.
      Gerakkan spindle ke atas dan ke bawah, kemudian
      periksalah bahwa jarum penunjuk selalu kembali ke
      posisi nol setelah spindle dibebaskan.
(5) Usahakan dial indicator tidak sampai terjatuh,
     karena terdapat mekanisme pengubah yang sangat
    presisi.
(6) Jangan memberi oli atau grease diantara spindle
      dan tangkainya, karena akan menghambat gerakan
      spindle.

b) Contoh penggunaan dial indikator
(1) Pengukuran kebengkokan poros engkol.

Gambar. Pengukuran kebengkokan poros engkol
Prosedur pengukuran kebengkokan poros engkol :
(a) Tempatkan ujung poros engkol pada blok V
(b) Pasang dial indikator di tengah-tengah poros
engkol, usahakan dial indikator tidak
bersinggungan dengan pipi engkol.
45
(c) Usahakan spindle bersinggungan dengan poros
eng-kol, kemudian set nol jarum penunjuk dial
indikator.
(d) Putar poros engkol satu kali putaran sambil
melihat penyimpangan jarum penunjuk ke kanandan ke kiri. Besarnya penyimpangan jarum pada
posisi paling kiri sampai posisi paling kanan adalah merupakan run out.

(2) Pengukuran kebengkokan poros nok.

Gambar 44. Pengukuran kebengkokan poros nok

Prosedur pengukuran kebengkokan poros nok
sama dengan pengukuran kebengkokan poros
engkol. Demikian juga untuk poros-poros lain,
misalnya seperti push rod, poros propeller, poros transmisi, dan sebagainya.


Mistar Geser
Mistar Geser adalah sebuah alat ukur yang memungkinkan pembacaan sebesar
0,1 mm, 0,05 mm atau 0,02 mm diukur (tergantung jenis nonius). Alat ini
terdiri dari mistar dengan skala millimeter dengan salah satu kaku tetap dan
kaki satunya dapat digeser. Pada pembacaan skala geser (nonius) dapat
terdiri atas 10, 20 dan 50 bagian yang masing-masing memungkinkan
pengukuran sebesar 1/10 mm, 1/20 mm. 1/50 mm.
Gambar 2.4: Mistar Geser
Pada nonius 1/20 panjang 19 mm pada pembagian skala tetap sama
dengan pembagian 20 pada skala nonius, sehingga jarak baris pada nonius
adalah 1-0,95 = 0,05, sehingga pembacaan satu guratan skala nonius adalah 0,05 mm.

0 komentar:

Posting Komentar